Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi Muhammad Yunus

Mahmud Yunus dilahirkan di Sungayang, Batusangkar, Sumatra Barat, pada hari Sabtu, 10 Februari 1899 (30 Ramadhan 1316 H). Ayahnya bernama Yunus bin Incek dan ibunya bernama Hafsah binti M. Thahir. Buyutnya dari pihak ibu adalah seorang ulama besar di Sungayang, Batusangkar, bernama Muhammad Ali gelar Angku Kolok. Pendidikan Mahmud Yunus berasal dari memperlajari Al Qur’an dan bahasa Arab yang ia tempuh semenjak berusia tujuh tahun di surau kakeknya M. Thahir.

Disamping itu ia juga memasuki sekolah rakyat, tetapi hanya sampai kelas tiga saja. Dari surau kakeknya ini, Mahmud Yunus kemudian pindah ke Madrasah yang di asuh oleh Syekh H. Muhammad Thaib di surau Tanjung Pauh.

Berkat ketekunannya, dalam waktu empat tahun, Mahmud Yunus telah Sanggup mengajarkan kitab-kitab mahalli, Alfiyah, dan Jam’u al-Jawami’. Oleh sebab itu ketika Syekh H. Muhammad Thaib Umar jatuh sakit dan berhenti mengajar, maka yang ditunjuk menggantikannya adalah Mahmud Yunus sendiri.


Minatnya terhadap studi Al Qur’an serta bahasa Arab telah menimbulkan hasrat besar dalam diri Mahmud Yunus untuk menulis tafsir Al Qur’an, yang kemudian menjadi karya monumentalnya sendiri yang tetap populer sampai saat ini. Penulisan tafsir ini dimulai pada November 1922 yang dilakukan secara berangsur-angsur juz demi juz sampai selesai 6juz ketiga puluh.

Perlu pula dicatat disini bahwa upaya penulisan tafsir oleh Mahmud Yunus ketika itu, disaat masih suburnya pandangan yang mengatakan bahwa haram menterjemahkan Al Qur’an, merupakan tindakan yang cukup berani. Pada 1924 Mahmud Yunus mendapat kesempatan untuk melanjutkan pelajaran ke Mesir dan ia memasuki Universitas al-Azhar.

Setahun kemudian ia berhasil memperoleh Syahadah ‘Alimiyyah. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Madrasah Darul Ulum al ‘Ulya dan tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi mahasiswa Madrasah tersebut pada 1930, setelah mengambil Tahassus (Spesialisasi) Tadris, akhirnya Mahmud Yunus berhasil memperoleh Ijazah Tadris dari perguruan ini.

Sebagai disinggung diatas, profesi sebagai guru semenjak masih menjadi pelajar di surau Tanjung Pauh sudah ia geluti. Kemampuan menjadi guru tersebut lebih menonjol manakala ia sudah kembali dari Mesir ke Tanah Air.

Mahmud Yunus dikenal pula sebagai pendiri Organisasi Sumatra Thawalid dan penerbit majalah Islam Al Basyir (1920), turut mendirikan Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI), anggota Minangkabau Raad (1938-1942) dan hal ini ia berhasil memasukkan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah Pemerintah, anggota Komite Nasional Sumatra Barat (1945-1946) dan sekaligus menjadi anggota Pemeriksa Agama pada Jawatan Pengajaran Agama Sumatra Barat, Kepala Bagian Islam pada 7Jawatan Agama Propinsi Sumatra di Pematang Siantar (1946-1949), ikut mendirikan Majelis Islam Tinggi Minangkabau yang kemudian menjadi MIT Sumatera (1946), Inspektur Agama pada Jawatan PP dan K provinsi Sumatera berkedudukan di Bukit Tinggi (1947) dan kemudian pernah pula dipercaya sebagai Sekretaris Menteri Agama PDRI (1949).

Tugas-tugas yang telah diemban oleh Mahmud Yunus diatas melahirkan kepercayaan terhadap dirinya, sehingga sesudah pengakuan kedaulatan, pemerintah RI menyerahkan berbagai Jabatan kepadanya di Kementerian Agama RI, yakni sebagai Pegawai Tinggi diperbantukan pada Kementerian Agama di Yogyakarta (1950), Kepala Penghubung Pendidikan Agama pada Kementerian Agama di Jakarta (1951) dan menjadi Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama (1952-1956).

Banyak karya tulis yang telah dihasilkan Mahmud Yunus dalam berbagai bidang ilmu Agama Islam, terutama Pendidikan Islam disamping bidang-bidang lain, seperti bahasa, sejarah, tauhid, akhlaq, hukun dan peribadatan, tafsir, hadis, perbandingan antar agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

Pandangannya yang terpenting tentang metode mengajar adalah at-Tariqat Ahammu min al-Maddat (metode itu lebih penting dari materi pengajaran). Akhirnya pada 16 Januari 1983, dalam usia 83 tahun, Mahmud Yunus berpulang kerahmatullah dikediamannya, Kelurahan Kebon Kosong Kemayoran, Jakarta Pusat. Sehari kemudian ia dimakamkan di pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.